Thursday, January 14, 2016

Cerpen : Pidato

Pidato


    Pada hari sabtu, seperti biasa ada pelajaran mulok, muatan lokalku saat SMP adalah Bahasa Daerah dan Tata Buku, sedangkan saat SMA muatan lokalnya yaitu Pidato, Pak Guru sudah berdiri di depan kelas dan kemudian menyuruh kami berkelompok masing – masing 5 orang, tetapi karena jumlah murid dalam kelas kami ada 36 orang, akhirnya kelompokku berjumlah 6 orang.
    Awalnya aku sedikit heran, kami akan diberi tugas apa. Ternyata Pak Guru menyuruh kami untuk membuat kelompok dan membuat sebuah acara bertema kaagamaan yang masing – masing acara mempunyai Pembawa Acara, Pembaca Al Quran, Sambutan Ketua Panitia, Ceramah Agama dan Penutup Doa.
Di kelompokku yang jumlah orangnya ada 6, diwajibkan Ceramah Agamanya 2 orang dan aku terpilih untuk membawakan Ceramah Agama dalam bahasa inggris! Tapi itu minggu depan, kelompok kami maju urutan nomor dua setelah diundi. Dan kami pun mulai memilih teman, akhirnya teman teman sepakat bahwa tema acara kelompokku yaitu Maulid nabi, yang berarti ceramah Agamaku bertema Maulid Nabi.
Hari Minggu, Hari Minggu rasa – rasanya aku tak bisa istirahat, cucian dan tugas – tugas menumpuk, selesai mencuci dan mengerjakan tugas walaupun sedikit, aku merasa malas untuk mengerjakan teks pidatoku itu, selalu kutunda – tunda, entah kenapa, rasanya malas. Aku berpikir, “ Kan, masih minggu depan, waktu masih panjang”
Hingga, besok dan lusa, aku masih belum selesai mengerjakan teks pidatoku yang berbahasa inggris. Saat hari Kamis, Febrin-teman sekelompokku bertanya “ Kamu sudah bikinkan teksnya Fiqih yang bahasa Indonesia? Teksmu gimana? “ dan aku hanya menjawab santai “ Belum, besok kubuatkan, belum” akhirnya Febrin meng-iya-kan perkataanku dan meminta semuanya berjalan lancar.
Malamnya, Aku ngebut mengerjakan pidato bahasa Indonesia milik Fiqih, teman sekelompokku, soalnya aku sudah janji, dan pidatoku? Aku masih menunda – nundanya, aku pikir, toh masih ada 2 hari lagi, pikirku.
Hari Jum’at, Febrin meminta teks pidatonya Fiqih, untungnya sudah jadi dan sudah ku print, tinggal memberi teks itu ke anaknya, yah aku berharap semuga dia berpidato dengan baik.
Sabtunya, aku masih belum membuat teks bahasa inggris! Aku masih merancang – rancang dikepala dan malas mengetik, padahal hari ini kelompokku tampil dan maju urutan ke dua! Kulihat Fiqih, dia tampak siap, dan aku belum siap sama sekali!
Saat Kelompok satu diminta maju, mereka belum siap, akhirnya dengan wajah yang agak marah, Pak Guru meminta kelompok dua untuk maju, yaitu kelompokku! Kelompokku berpikir bahwa aku sudah siap untuk maju, padahal aku belum bikin teks sama sekali, pakai bahasa inggris, lagi. Tapi karena aku tidak mau megecewakan teman teman ku akhirnya aku berkata bahwa aku siap.
Pembukaan oleh Pembawa Acara yaitu Febrin sudah bagus, apalagi dia membawakannya memakai bahasa inggris, Pembaca Alquran juga bagus, Sambutan juga, saatnya ceramah agama! Aku meminta Febrin untuk menempatkanku di posisi nomer dua, jadinya Fiqih maju untuk pidato lebih dulu.
Selagi Fiqih maju, aku komat kamit tidak karuan, berdoa maksudnya. Aku menata ulang teks ku yang kususun di pikiran.
Akhirnya Febrin memanggilku sebagai Ceramah Agama nomer 2 setelah Fiqih, aku kaget sebentar, menghela nafas panjang, kulepas kacamataku, karena aku minus, aku berharap aku tidak melihat teman teman, lalu aku maju dengan percaya diri.
Entah kenapa meskipun aku telah melepas kacamataku, teman teman tetap terlihat jelas, aku mengucapkan bismillah dan mulai ke pembukaan, lancar. Dan tiba tiba aku blank, dan aku bahkan tidak membawa teks (teks aja belum bikin) . Aku berusaha tetap tenang dan mulai berkata apa saja yang kuketahui tentang Maulid nabi, tentu saja menggunakan Bahasa Inggris yang kebanyakan tidak baik dan tidak benar. Tapi aku tetap saja bicara, bicara tentang apapun yang kuketahui tentang Maulid Nabi dengan percaya diri.
    Aku berpikir kalau aku terlihat percaya diri mungkin teman – teman tidak tau kalau aku belum siap dan belum membuat teks itu, akhirnya aku selesai membawakan pidatoku yang sangat aneh dan terkesan keluar dari topik, yah aku berusaha memberikan yang terbaik sebenarnya.
Kejadian itu membuatku malu, sebenarnya. Dan aku pikir lebih baik kita mempersiapkan diri terlebih dahulu daripada kita terburu – buru dan berantakan pada akhirnya. Semoga lebih baik. Aku belajar atas kejadian itu.

0 komentar:

Post a Comment