Wednesday, January 13, 2016

Pesarean Gunung Kawi

Pesarean Gunung Kawi

Pesarean Gunung Kawi terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, atau berada di lereng selatan Gunung Kawi. Gunung Kawi sangat terkenal sebagai tempat wisata spiritual. Hawanya yang sejuk dan udaranya yang bersih, serta alam sekitar pesarean yang masih banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan rindang, menambah keasrian tempat ini.
Pesarean Gunung Kawi sama sekali tidak nampak angker seperti makam pada umumnya, sekitar pemakaman malah dikelilingi rumah penduduk layaknya kota kecil diatas gunung. Segala macam kebutuhan mudah didapatkan di tempat ini, untuk menginap tersedia rumah penginapan biasa hingga hotel, sedangkan untuk kebutuhan makan banyak sekali pilihan makanan dari pedagang kaki lima hingga restoran juga ada.
Pesarean Gunung Kawi memiliki daya pikat yang luar biasa bagi penikmat wisata religi. Bahkan pengunjung juga berasal dari berbagai negara dan tidak terbatas pada penganut agama tertentu. Jika melihat lokasi memang nampak tersedia beberapa tempat ibadah yang disediakan tidak hanya untuk orang Islam, meskipun sebenarnya yang di kubur di pesarean ini adalah orang Islam.
Pesarean Gunung kawi merupakan tempat dimakamkannya dua jenazah berjajar dalam satu liang lahat. Jenazah pertama adalah Kanjeng Kyai Zakaria II atau lebih dikenal dengan sebutan mbah Djoego, seorang ulama terkenal dari keraton Mataram Surakarta, beliau meninggal pada tanggal 22 Januari 1871 M. Kedua adalah jenazah Raden Mas Iman Soedjono, seorang bangsawan yang menjadi senopati/panglima perang dari Keraton Yogyakarta, beliau meninggal pada tanggal 8 Februari 1876 M.
Siapakah Mbah Djoego? Mbah Djoego merupakan sebutan dari Raden Mas Soeryo Koesoemo atau Kanjeng Kyai Zakaria II, putra dari Kanjeng Kyai Zakaria I. Bila ditelusuri dari sejarahnya, Mbah Djoego masih merupakan buyut dari Paku Buwono I. Beliau merupakan salah seorang ulama besar di lingkungan keraton Kartosuro yang mengembara dari Yogyakarta sampai Kesamben. Dengan kepribadian yang suka menolong sesama dan kepintarannya di bidang ilmu agama membuat beliau disegani oleh masyarakat di Kesamben.
Lain cerita dengan makam kedua yang merupakan makam dari Raden Mas Iman Soedjono.Beliau adalah sosok yang membuka hutan di area Gunung Kawi dan mendirikan padepokan di Wonosari yang diceritakan sebagai murid yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Mbah Djoego yang sampai meninggal tidak memiliki ikatan perkawinan.
Masuk ke dalam area Pesarean Gunung Kawi, kita seperti berada di lokasi kota Tionghoa zaman dulu. Nuansa Tionghoa begitu kental di sekitar bangunan yang ada. Selain itu semua pelayan Pesarean Gunung Kawi juga mengenakan adat pakaian Jawa. Di sekitar pesarean, kita dapat menemukan berbagai macam souvenir seperti kalung, gelang, dan lain-lain. Salah satu makanan yang cukup dikenal di Gunung Kawi adalah nasi pecelnya.
Pengunjung atau peziarah pesarean gunung Kawi selalu ada setiap harinya dan melonjak hingga ribuan orang pada hari-hari tertentu. Terutama pada hari jumat legi yang merupakan hari dimakamkannya mbah Djoego dan puncaknya pada tanggal 12 Suro (Muharam) setiap tahunnya. Yaitu untuk memperingati wafatnya Raden Mas Imam Soedjono, dengan mengadakan tahlil akbar.
Setiap pengunjung atau peziarah umumnya memiliki motivasi yang beragam ketika datang kesini. Bagi wisatawan biasa, mungkin hanya sekedar memenuhi rasa penasaran dan menikmati kesegaran udara dan suasana gunung kawi. Sedangkan mereka yang benar-benar sebagai peziarah, bisa melakukan ritual religi sesuai dengan keyakinannya.
Categories: ,

0 komentar:

Post a Comment